Thursday, January 31, 2013

Felt Crafter Profile 2 : Prapti Kusumastuti (Nupi Nupi)

yuk kenalan sama mbak yang satu ini :)

Pasti banyak teman-teman udah kenal dengan Prapti Kusumastuti , owner dari Nupi-Nupi . Tapi ga ada salahnya kita ngobrol langsung dengan beliau ya , sambil share pengalaman. mba Prapti yang lahir di bulan September ini punya segudang pengalaman kerja , dan akhirnya sekarang menjadi ibu rumah tangga merangkap pemilik online shop. silakan disimak obrolan dengan beliau :)



Hai mba Prapti, bisa ceritakan awal mula berkenalan dengan flanel?
Pertama kali kenal kain flanel waktu SMP (sekitar tahun 1999), bentuknya jemuran baju yang di beri nama (di Malioboro Yogyakarta). Langsung tertarik, tapi tidak tahu beli bahan seperti itu di mana. Berlanjut ketika kuliah, tahun 2004. Teman kost, pulang jalan-jalan dari Manahan (Solo), membawa gantungan kunci love dari kain flanel. Dia bercerita, bahwa barang seperti itu banyak sekali peminatnya. Waktu itu, di Solo, kreasi kain flanel masih merupakan barang baru. Saya mengamati detailnya. Saya langsung yakin bias membuat jahitan seperti gantungan kunci tersebut (tusuk feston). Tanpa menunggu lama, saya mencari toko yang menjual kain flanel. Saya mendapatkan kain flanel di Gramedia. Saya membeli 6 lembar kain flanel warna-warni @ Rp. 2000,-.

Total belanja hanya Rp. 12.000,-. Lem uhu, benang dan jarum, saya minta ibu, karena ibu sering mengisi acara ketrampilan PKK, jadi beliau punya perlengkapan menjahit dan ketrampilan cukup komplit. Barang yang pertama kali saya buat dompet koin dan dompet pensil. Malah bukan gantungan kunci (tidak tahu kenapa/lupa). Saya membuat dompet koin dan dompet pensil 6 buah. Semua jahit tangan. Meskipun baru pertama membuat dan tidak ada contohnya, tapi saya main nalar saja. Hanya memperhatikan dompet pensil yang saya pakai (beli di toko). Prinsip pastinya sama, hanya beda bahan. Begitu pemikiran saya waktu itu. Lalu hasilnya saya perlihatkan kepada teman-teman kost. Mereka tertarik, tapi tidak mau membeli dompet-dompet saya. Jadilah dompet-dompet saya itu tidak laku. Tapi, mereka minta dibuatkan sesuai desain yang mereka inginkan. Sejak itulah, saya mulai menjual kreasi-kreasi saya. Mulai dari bros, frame, dompet pensil, banner name, gantungan kunci. Dan, yang paling fenomenal adalah boneka wisuda. Awalnya, saya sering ikut teman kost jualan bunga segar di acara wisuda universitas. Saya perhatikan, semua penjual ‘hanya’ menjual bunga, kalau bukan bunga segar ya bunga plastik. Pikir saya, barang apa ya yang bisa saya buat dari kain flanel dan di jual di acara wisuda kampus…supaya tidak bunga melulu dan awet/bisa menjadi kenang-kenangan. Lalu, saya melihat ada yang menjual boneka apa tuh, lupa namanya…burung hantu yang pakai toga. Dulu owel seperti itu menjadi simbol/logo sebuah kuis di stasiun TV swasta. Aha! Kenapa tidak membuat boneka wisuda dari kain flanel. Mulailah membuat desain boneka, berkonde dan berjilbab. Teman-teman kost sangat membantu sekali dalam memberikan ide model dan kritik saran. Untuk kemasan, kotak mika saya buat sendiri dari mika meteran. Lalu, saya jual di acara wisuda kampus. Waktu itu, saya menjual boneka wisuda dengan harga Rp.10.000,-, menyaingi harga seikat bunga segar. Pertama kali jualan boneka wisuda, dagangan saya hanya laku 1 boneka, dan banyak calon pembeli yang mengatakan harga boneka saya mahal. Tapi saya pede dengan harga tersebut, karena menurut pemikiran saya, ‘kebetulan’ yang mampir ke lapak saya itu memang budgetnya kecil. Sebenarnya mereka suka/tertarik. Dan pembeli yang punya budget besar, belum tahu ada barang bagus (boneka wisuda saya) yang di jual di acara tersebut, hehehehe. Itu pemikiran saya supaya saya tidak down. Tapi saya menyuport diri saya sendiri secara realistis. Saya tahu, barang saya memang bagus. Karena saya membuatnya serapi mungkin, dan semua saya kerjakan hadmade. Harga yang saya patok, sesuai dengan jerih payah saya. Buktinya, teman-teman kost yang tahu proses pembuatannya, mengatakan harga tersebut murah. Jadi, saya tidak mundur sedikitpun meskipun boneka saya dikatakan mahal oleh calon pembeli. Dan, meskipun penjualan perdana tidak sukses (bisa dikatakan tidak laku), tapi saya yakin, penjualan berikutnya akan lebih bagus. Ini hanya karena orang-orang belum tahu saja, jadi dari rumah mereka hanya merencanakan membeli bunga plastik untuk teman/kerabat mereka. Dan benar, penjualan berikutnya lumayan… Berikutnya lagi, sebelum acara wisuda, sudah banyak yang pesan (di setiap kemasan boneka, saya tempeli merek dan no.hp saya). Yang paling spektakuler adalah, saya bisa menjual habis 50 boneka wisuda saya. Jadi, pendapatan saya waktu itu Rp.500.000,-. Jumlah yang sangat besar waktu itu. Uang saku saya sebulan, jauh dari nilai tersebut. Makan-makan deh satu kost ^^



Wah, seru juga pengalamannya dengan flanel ya mba, naah kalau sekarang, produk andalannya apa nih?
Tentu saja, Paket Belajar Flanel. Kalau kreasi secara spesifik, bisa saya katakan…apa saja, asal bentuknya lucu, kartun banget, dan warna-warnanya ceria. Saya rasa, itulah ciri khas kreasi-kreasi yang saya buat.

beberapa contoh paket belajar dari nupi-nupi


Dari sekian banyak media berkreasi, kenapa pilih felt yang dipilih?
Kenapa yaaa?.... emmm…sepertinya karena memang cinta. Saya menggemari semua jenis kerajinan tangan, dan saya ingin menguasai semuanya. Saya pernah belajar aneka jenis ketrampilan, dari kreasi lilin, anyaman kertas koran sampai merajut. Tapi tetap saja, kembali ke kain flanel. Padahal saya ingin menguasai dan menekuni sebuah ketrampilan yang tidak terlalu banyak meninggalkan ‘kotoran’, seperti perca flanel. Merajut misalnya, lingkungan tetap akan bersih. Tapi tidak bisa, flanel lagi-flanel lagi. Ya sudah, saya memantapkan diri untuk menekuni dunia kreasi flanel.

Ada kalanya sebagai felt crafter, muncul kejenuhan. mengatasi kejenuhan itu dgn cara apa?

Bidang pekerjaan apapun itu, saya yakin akan menimbulkan kejenuhan. Membuat kreasi flanel adalah hobi, sekaligus pekerjaan saya. Meskipun hobi, tetap saja bisa menimbulkan kejenuhan karena dilakukan terus-menerus. Tapi kejenuhan yang bersifat sementara lho yaa… Untuk mengatasinya, saya rehat 1 hari, jalan-jalan ke ‘pasar’…melihat-lihat saja. Atau, main ke rumah teman. Atau, kalau malas keluar, blogwalking dan baca-baca kultwit para entrepreneur yang sudah sukses. Atau, kalau benar-benar malas…saya sering membayangkan padang rumput hijau, dengan awan biru, dan saya tiduran di bawah pohon (sambil mendengarkan musik relaksasi) sampai ketiduran. Eh, ritual itu sering saya lakukan kalau sedang migrain…dan jadi obat yang ampuh. Coba saja ^^ piknik yang murah meriah…

Mba Prapti kan juga merambah di penjualan bahan dan paket belajar. suka duka nya  apa aja nih? kendala yang sering dihadapi apa aja? bagaimana respon orang2 di sekitar?

Saya menceritakan suka dukanya sekedar share saja, bukan berarti mengeluh ya (kadang-kadang saya bingung, maksud saya berbagi pengalaman dan pemikiran..eh dikatakan mengeluh ^^)
Sukanya, karena saya juga memakai bahan-bahan tersebut…segala sesuatunya seolah readystock. Saya ingin memakain bahan apa saja, ada. Kalau tidak ada, dan saya butuh..beli. Sebagian di jual. Dukanya…saya hunting bahan-bahan tersebut sampai ke berbagai kota, sendirian (kadang…sudah jauh-jauh datang, stok sedang kosong -___-“ ) Kadang-kadang saja ditemani asisten (kalau tidak harus menginap). Suami? Suami saya bekerja di luar kota, kami longdistance. Jadi, itulah kenapa kalau hari libur hp saya matikan, nupinupi offline. Karena hanya di hari libur saya bisa bertemu suami ^^ Lagipula keluarga juga harus dapat jatah perhatian kan… (malah meleber kemana-mana, hahaha)

Saya kagum lho, mba prapti dari nupi2 sering sekali buat artikel2 dan tutorial flanel yang oke . resepnya apa nih?
Resep?? Apa yaaa?? Yang pasti, saya hanya menulis artikel tentang sesuatu yang benar-benar saya ketahui dan rasakan sendiri. Jadi membumi, bukan sekedar teori. Kalau mengenai hal yang belum saya ketahui, biasanya saya pelajari dulu, mencoba menerapkannya, baru deh “koar-koar” hasilnya..hehehe. Banyak membaca juga sangat menunjang dalam menulis artikel. Saya sangat gila membaca…terutama buku-buku pengembangan diri dan ke-entrepreneur-an. Pemikiran-pemikiran yang saya tuangkan dalam artikel, saya dapatkan dan olah dari buku-buku tersebut. Demikian juga dalam membuat tutorial…intinya, sajikan secara sederhana, tapi mudah dipahami.

Sebagai self employee, bagaimana mengatur nupinupi agar teratur?mengingat kadang kalau orang bekerja sendiri, disiplin waktu dan manajemennya berantakan.

a. Memperhatikan. Perhatikan cara kerja/manajemen suatu usaha yang besar. Contoh caranya. Misalnya, ketika saya belanja bahan..saya sering ngobrol dengan pelayan tokonya. Obrolan ringan, tapi saya selipkan pertanyaan-pertanyaan yang ‘penting’. Cara kontrol stok bagaimana, cara mengorganisir stok-stoknya bagaimana, dll. Catat dalam hati…di jalan, kalau bosan baca buku atau bengong, saya keluarkan note…catat hasil ‘wawancara’ tadi. Suatu saat, akan saya olah hal tersebut, supaya bisa saya terapkan di ‘perusahaan’ saya. Atau, tidak perlu jauh-jauh…dulu saya pernah bekerja di perusahaan. Sebagian besar cara kerjanya saya jiplak dari perusahaan tersebut. Meskipun usaha saya rintisan, tapi saya ingin usaha saya kelak menjadi besar. Dan untuk menjadi besar, saya harus siap ‘sejak kecil’. Kalau ada yang mengatakan saya ambisius…oke, silakan. Tapi bagi saya, sebuah pekerjaan, sekecil apapun itu..kalau ingin berhasil, harus dipersiapkan. Baik secara konsep maupun alurnya. Karena, waktu yang kita lalui itu tidak akan kembali lagi…kenapa masih berkutat dengan lagu lama…”santai saja, jalani saja, nggak usah ngoyo, yang penting dijalani dengan hati”… Tuhan saya memerintahkan hamba-Nya untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Kalau jalani saja atau nggak usah ngoyo..buat saya itu hanya sebuah alasan. Ketika ketika kita melakukan sesuatu…berusahalah sekuat mungkin, sebaik mungkin, semaksimal mungkin. Nah, mengenai hasilnya…baruuu..kita serahkan kepada-Nya. Bagus atau jelek…tidak terlalu saya pikirkan, karena yang penting adalah prosesnya. Karena antara ‘ngoyo’ dengan berusaha semaksimal mungkin itu hampir tidak bisa dibedakan, tapi hasil dan efeknya jauh berbeda. Dan, apa yang kita dapat hari ini adalah hasil pekerjaan kita di masa lalu. Jadi, bagi saya…kita harus punya target dalam menjalani sesuatu. Kalau kita ‘bekerja’ dengan berpegang teguh pada syariat, insyaallah itu sudah otomatis bekerja dengan hati. Waktu (umur) kita hanya sebentar…saya ingin, hasil kerja saya tidak hanya bermanfaat untuk keluarga saya, tapi juga orang banyak. Jadi, tidak ada waktu bagi saya untuk “mengalir begitu saja”…. ^^

b. Punya visi-misi, atau bahasa sederhananya, tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Ini juga menjadi kontrol, ketika saya mulai “melemah”… saya ingatkan kembali diri sendiri, tentang visi misi yang harus saya wujudkan, sebelum ajal menjemput. Mungkin salah satu penyebab para self employee itu disiplin dan manajemennya berantakan karena “mengalir begitu saja”…jadi ketika mereka melemah, tidak ada support sedikitpun terhadap diri sendiri. “alah…ini juga kerja sambilan, iseng-iseng daripada nganggur”…atau “alah…buat apa ngoyo,nanti malah stress”… Manusia di beri kemampuan yang sangat luar biasa, jauh dari yang kita sadari. Manfaatkan…dengan cara belajar sebanyak-banyaknya. Memiliki visi-misi otomatis juga mendorong kita untuk belajar banyak hal baru. Kok bisa? Visi misi saya, ingin usaha saya bisa bermanfaat bagi banyak orang (misal), caranya? Nah…saya harus belajar/mencari tahu. Semakin banyak visi-misi kita, semakin banyak pula yang harus kita pelajari, dan di masa depan…semakin banyak juga yang kita kuasai. Ini jika kita komitmen dengan visi misi tersebut lho ya.. Kalau tidak, ya sama saja.

cita2 atau target yang belum kesampean apa nih mba?
Banyak sekali. Membuat buku, memiliki kantor sendiri (yang terpisah dari rumah), keliling Indonesia karena flanel, sehingga bisa bertemu dengan teman-teman crafter di dunia maya,… lebih dari 50 cita-cita…hihihihi.

Ada pesan/tips untuk teman-temanFQ ?
Setiap pencapaian selalu ada pengorbanan. Jika anda malas untuk berusaha dan berkorban, mengapa berharap sesuatu? Toh tidak ada yang anda berikan, mengapa harus menerima?! Jika anda malas untuk meningkatkan kualitas diri, mengapa berharap peningkatan pencapaian? Jika malas mencoba, mengapa berharap berhasil? (motivasi-islam.com

Thanks sharingnya mba Prapti, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua ya :) 
kunjungi juga Fanpage Nupi-Nupi : https://www.facebook.com/Nupinupi
blog Nupi-Nupi : http://www.nupinupi.com/




kontributor : Linda